Monday, December 2, 2013

Iri Tingkat Tinggi

Ada seorang teman. Mari kita panggil si cantik.
Dia cantik, pintar pada bidangnya, menarik, sangat punya banyak teman.
Ditambah, dia punya seorang cinta dan seorang pangeran kecil.
God bless your life, sweetheart.. :)

Aku iri.
Aku iri pada banyak hal, tapi ini spesial.

Dan bukan pada keluarga kecilnya. Tapi dia punya apa yg aku inginkan. Sesuatu itu, mimpi itu, cita-cita itu.
Aku sangat ingin itu.
Dia malah bosan.

Dia ingin yang tidak kuingin.
Ini konyol kan?
Disaat Tuhan memberi pertukaran mimpi.
Doa ku yang salah, atau Dia sedang menghukumku?

Si cantik itu bosan.
Andai mimpi bisa ditukar.

Aku tau seperti apa kami dulu.
Ya, seperti itu. Terlalu malas. Terlalu klise.

Dan sekarang hidup mudah baginya.
Tidak terlalu mudah. Tidak ada hidup yang mudah.

Tapi setidaknya dia dapat yang aku inginkan itu.
Impian itu.
Mimpi itu.

Well, well, aku tidak bermaksud menyinggungnya. Aku sayang dia.
Hanya sedang iri.

Wednesday, November 20, 2013

Fly Me A Rocket to The Moon, And I'll Cry There ;p

Curhatan dari seorang single yang jadi target ledekan di acara kawinan adik sepupunya.
Jleb!

Somebody Out There 
by A Rocket to The Moon









Arak-arakan Penganten Baru

PERINGATAN!
Segala tindakan yang ada di postingan ini TELAH DISETUJUI oleh pihak-pihak terkait.

Satu lagi temen saya yang mau diboyong suaminya ke luar kota. Jauh banget, ke Gorontalo.
Jadi, selasa tanggal 19 kemarin, ibu-ibu pengajian saya dan temen-temen SMA saya yang emang agak waras ini ngerencanain buat ngerjain si penganten baru.

Sedikit cerita tentang ke kondangannya temen saya, si mokeh (sudah nama samaran).
Jadi, waktu itu, saya, D, K, dan M janjian di rumahnya K buat pergi bareng ke kondangan Mokeh. Awalnya lancar-lancar aja, karena diantar sama abangnya D ke daerah Lagoa, Jakarta Utara, tempat resepsi sekaligus rumah si Mokeh.

Tapi, ternyata eh ternyata, mobil cuma bisa sampe jalan besarnya doang, karena lagi ada hajatan juga. Tau berapa hajatan yang kami lewatin waktu menuju ke TKP?
LIMA, sodara-sodara. LIMA! Itu hajatan apa buang hajat?
Dan dua diantaranya deket-deketan. Jadi dangdutannya kaya saingan gitu, ga tau yang mana yang harus didengerin. Kenapa ga nikah massal aja sekalian?

Oke, balik lagi ke benang merah.
Kami waktu itu sampe lewat belakang panggung rentetan hajatan tersebut demikian dan sebagainya (bingung? sama).
Terus, udah kece-kece nya nih, pake dress, make up on, high heels menjulang, tiba-tiba harus ngelewatin lorong-lorong pasar. P-A-S-A-R. Yap.

Gak hanya pasar, kami juga ngelewatin belakang masjid yang jalanannya isinya pecahan genteng sama batu-bata. Hiks.
Mau kondangan aja susah.

Daaann... ibaratnya tinggal salto dua kali, tiba-tiba heels nya di D pake copot. Jadilah kami ke warung dulu buat beli power glue. Terus beli sendal jepit buat pulangnya (serius).

Udah itu, udah nyampe nih, kami udah makan, salaman (plus maki-maki pengantennya), ceritanya mau pulang. Tapi sri ratu Nyi Roro Kidul itu ganti kostumnya lama bener! Jadi harus nungguin doski, ada kali 1 jam, foto-foto, baru pulang.
Happy Wedding Day, Mokeh!! :*

Jadilah, kemaren pada bales dendam. 
kami; Saya, D, K, T, dan si Mokeh janjian di Mal Kelapa Gading tercinta walaupun masih aja sering kebanjiran. 
Ketemuan plus makan-makan di Sunny Side Up, resto yang isinya telor semua.

Abis ngasih kado perpisahan, makan-makan, ngobrol-ngobrol, bikin kubu paling rame di Gading Walk padahal isinya cuma lima orang, saya, D, K, T ngejebak si Mokeh. D sama K bagian megangin Mokeh dan foto-foto. Saya dan T? Kami make up - in doski ala ondel-ondel kebelet kawin sambil masangin nametag "Gw udah ada yang punya!!!"
Abis itu? 
KITA ARAK ITU PENGANTEN KELILING GADING!
HUAKAKAKAKAKAKAKAAKKK!!!

Mahakarya Empu Tantular. Muehehehe..

Waktu diarak, pastilah semua mata tertuju padanya.
hahahahaahahahahahhhaaaa..!!!

Ada yang nyangka dari acara TV segala.
Tiap ada yang ngeliatin, sebagai teman-teman yang baik, kami ngasih tau mereka "baru kawin nih."
sementara itu, si empunya muka cuma bisa nutup mata, malu (secara tangannya dipegangin kanan-kiri).

Tapi ya, komen yang paling ngena tetep aja dari anak kecil yang lewat. Tau-tau dia manggil mamanya, "Ma, badut." HUAKAKAKAKAKAKAKAKAKAAAAKKKK!!!
Cieee.. sama satpam Gading, Cieee....

Muka2 puas bales dendam.. 
Dan si Mokeh pun ga boleh ngapus make up sampe di rumah. hahahahaa...

Mungkin, ada yang bilang kami ini jahat. Temen sendiri kok dikerjain sampe segitunya.
Tidak, kawan-kawan. Kami sayang. Kami cuma mau bikin last days si Mokeh ini berkesan di Jakarta. Mungkin nanti dia bakalan balik lagi, tapi kan ga bisa tiap hari ketemu.
Jadi sedih.

Sesudah semuanya puas ngarak itu penganten baru, dengan penuh haru biru, kami berpelukan. Di depan toko sepatu, karena si T ternyata belom bayar belanjaannya. 
Yah..

Anyway,
Kepada Mokeh yang kini sudah bersuami,
Selamat menempuh hidup baru. Semoga jadi keluarga Sakinah, Mawaddah, Warahmah. Amin...
We Love You...
:*
We'll miss you, Keh.. :')




Where Are You?? For God Sake!!

Sehari sebelum postingan ini ditulis, sahabat saya, si Naf, perhatian sekali sampai sms bahkan telfon cuma buat nanyain kabar. Katanya saya beberapa waktu ini ngilang dari peredaran.
Jadi:
           Halo!
Apa kabar, semua? Saya baik-baik saja. Nggak kemana-mana, cuma diam.
Masih disini, hanya tidak tau caranya menyapa.

Memang, ada waktunya dimana saya lebih senang sendiri. Menikmati kesendirian, membanjiri diri dengan ego, menutup diri dari semuanya.
Tapi bukan berarti jadi arogan, hanya ingin menyepi.

Ternyata, sikap dan sifat saya waktu itu membuat orang lain khawatir. Wow, ada yang khawatirin saya ternyata!

Tenang aja, Tita.. Adit ga kemana-mana kok! kekekeke

Jadi, buat yang pengen tau saya kemana aja (kaya ada aja yang kepo-in), saya ga kemana-mana. Beberapa waktu yang lalu saya emang ke luar kota, cuma 4 hari. Selainnya saya disini aja. Mau main ke rumah? Boleh.. asal bawa martabak ya..

Baiklah, disini gunung, disana gunung. Ditengah-tengah pulau Jawa.
Yang nyari bingung, saya-nya juga bingung. Yang penting ga kemana-mana.

Jayus pantunnya, biarin. Yang penting mintz.

Mari.. permisi...


Fly Away, Butterfly



There are so many butterflies in my stomach
So go away, fly away!

Tuesday, October 1, 2013

Things Just Got Freakin' Crazy When I'm Freakin' Stress

Waktu di Taman Kanak-kanak, aku mengambil krayon hitam, dan kucoretkan asal ke buku mewarnai yang kala itu Ibu guru menyuruhku untuk mewarnai mangga. Setelah sebelumnya ada pelajarn olahraga, berhitung, dan kuis pengetahuan umum.

Di Sekolah Dasar, aku membolos dari sekolah. Aku bilang aku sakit perut, meminta izin di jam istirahat, dan pulang ke rumah hingga akhirnya tidak kembali sampai bel pulang. Apa yang kulakukan? Nonton Conan.

Ditahun-tahun kedepannya... well, waktu SMA aku tidak tau kenapa bisa jadi orang jahat, campur tangan di urusan ABG yang ga penting dan masuk ruang BP hanya karena itu. Sumpah, itu lucu sekali!

Apa? SMP? Aku lupa. Lebih karena tidak ingin ingat. Terima kasih karena tidak ada pertanyaan.

Sekarang?? Rupanya keharusan jadi dewasa membuat diri ini harus menahan keegoisan seperti yang dulu kulakukan walaupun kadang menyenangkan. Bertambahnya usia itu kadang tidak menyenangkan. Kadang aku harap memang ada Neverland di dunia ini. Hell yeah.. imajinasi sisa-sisa masa kecil memang belum hilang sepenuhnya. Aku masih childish, dan aku suka itu.

Balik lagi. Selain umurku yang sudah berkepala dua, aku juga harus menjaga nama baik. Aku anak baik. Setidaknya itu yang diharapkan kedua orang tua ku. Iya, mereka sudah berkorban banyak demi kesuksesan anaknya. Tunggu sebentar. Sepertinya ada yang perlu diperhatikan disini.. hmm...

Nah, karena itu lah. Karena apa Fio? Itu. God Knows what I'm talking about. Aku kembali ke sini. Ketitik jenuhku, membiarkan semuanya terjadi. Menjadi egois, menjadi arogan. Menjadi...mengecewakan.
Call me a drama queen, tapi cara ini menurutku cara terbaik menghadapi kondisi yang..yah, seperti ini.

Jadi ketika aku sedang seperti ini, labil, layaknya anak ABG, ya... biarkan saja. Yang aku perlu bukan penghakiman, bukan penekanan, atau ucapan-ucapan "apa saya bilang" dari lingkaran sosial terdekatku. Tidak juga dengan rasa iba diluar tapi penuh rasa jijik di dalam oleh mereka. 

All I want is just be alone. Seriously. Ada waktu dimana semua orang ingin sendirian. Dan aku salah satunya. Jadi biarkan aku bangkit sendirian, karena aku tau kalian tidak akan membantu, malah mempersulit pernafasanku.

So, here I am. Drown to my own world. Full of lies, disappointment, and let anything just got freaking crazy. Why? BECAUSE I'M FREAKING STRESS!






Tuesday, September 17, 2013

Apasih yang gue lakuin selama ini?
Empat tahun dan masih aja goblok!




Tuesday, August 13, 2013

I Jun Were A Boy

Tau si Cowardly Lion di The Wizard of Oz? Yup! Si singa yang ga punya keberanian.
Sama kaya kucing saya. Si (Nyang) Junior si Cowardly Cat. Hehehe..
Si Jun, begitu panggilannya, penakut minta ampun. Padahal pejantan. Gimana mau pdkt sama cewek!!

Nah, kadang kalo main sama Jun, saya jadi ngebayangin kalo Jun adalah manusia. Jadi saya iseng-iseng gambar Jun versi chibi.

Anak penakut, manja, cengeng, kolokan. Semoga gedenya ga begitu, ya..

Monday, July 15, 2013

Mimpi adalah Bunga Tidur.... Atau Pesan Terselubung?

Kita pasti punya keinginan. Entah itu bisa diwujudkan, atau mustahil -bahkan memang tidak mungkin- kita dapatkan. Karena itu memang hanyalah keinginan, tidak peduli kita pantas atau tidak memilikinya.

Aku mempunyai keinginan. Sebuah keinginan yang (mungkin) dulu bisa saja aku raih, kalau saja aku tidak terlalu sombong. Benarkah?
Diriku yang satu lagi berkata kalau aku terlalu beriming-iming. Mengada-ada!

Balik lagi kepada soal keinginan. Terkadang, sebagai manusia yang menginginkan segala, kita terobsesi, menjadi posesif, dan memaksakan kehendak. Kita lupa bahwa orang lain -bukan hanya lebih berhak- tapi memang lebih pantas memiliki. Kadang memang ada hal-hal yang tidak mungkin kita perjuangkan.

"You know-- one loves the sunset, when one is so sad..."
-Exupery, The Little Prince-

Apakah aku sudah berjuang? Sungguh-sungguh? Rasanya tidak. Sayangnya aku adalah tipe orang yang tidak bisa berbicara. Huh. Aku menggelengkan kepala, menyesal. Tidak. Bahkan aku tidak pantas menyesal.

Kemarin aku bermimpi. Ya, keinginanku hadir disana. Aku bisa berkata aku tidak menginginkannya, tapi ternyata alam bawah sadarku merefleksikan keinginanku dengan jelas. Oh, brain!
Kini aku terdengar seperti wanita hamil yang sedang mengidam. Tapi itulah keinginan!

Aku bermimpi keadaan berbalik kearahku. Semuanya berbalikan dari kenyataan. Aku menjadi pihak yang berbahagia. Aku bersorak sorai. Melupakan orang lain. Hanya ada aku. Hanya aku.

Tiba-tiba ada bisik-bisik yang mengganggu. Bisikan itu berada di sekelilingku. Menyelimuti ku dengan pertanyaan. Keinginanku lenyap. Hanya hitam dan aku.

"Inikah yang aku inginkan?"
"Do I want this?"
Ini harapanku?

Kemudian muncul wujud keinginanku. Muncul juga yang lainnya. Lalu aku. Bergantian terus-menerus. Ah!

Aku terbangun. Dengan pertanyaan-pertanyaan yang muncul terus-menerus. Berbisik-bisik memenuhi kepalaku.
Aku...seperti orang bodoh.
Mimpi bodoh orang bodoh.

Aku sadar alam bawah sadarku masih berharap keinginan itu terwujud -yang menyebabkan aku menjadi orang tak tahu diri sedunia-
Tapi biarlah, nanti juga hilang. Biar nanti saja ku jawab pertanyaan-pertanyaan itu.

Dan untuk sekarang...aku berbahagia memandangi bintang.

"If someone loves a flower of
which just one example exists among all the
millions and millions of stars, that's enough
to make him happy when he looks at the stars."
-Exupery, The Little Prince-

Saturday, May 4, 2013

Sketch

Hidup itu seperti sketsa.
Belum jadi sepenuhnya, karena manusia tak ada yang tahu bagaimana akhirnya.
Bagaimana hidup itu sendiri.
Manusia hanya mengetahui sketsa mentah yang mnggambarkan dirinya saat ini.
Manusia tidak tahu warna apa yang akan ditorehkan Tuhan nanti.

Dan, inilah sketsa ku.
Belum jadi, hingga nanti aku tahu hidup itu seperti apa.
Hingga kutemui warnaku.

Monday, April 8, 2013

Teman saya udah ada yang hamil lagi.
- Sekian -




Saturday, April 6, 2013

Putih, Lembek, Amis. Apa Itu?

Putih, Lembek, Amis. Apa Itu?

Kerang Bambu Asam Manis.
Biar udah dikasih bumbu, tetep aja amis!



Tadinya gue kira usus sapi

Pas gue belek keluar ijo-ijo gitu. Kayaknya itu isi perutnya.
Uggghhh...

Mending gue makan bambu, daripada makan kerangnya.
(Sayur rebung enak, kan?)

I WILL NOT EVER, EVER, EVER, EVER EAT THAT ANY MORE!!!!

Maaf buat pecinta makanan ini, tapi saya bener-bener ga suka...



Langit Biru, Awan Putih

Halo!

Kali ini pembukaannya dengan pikiran yang segar kembali, setelah proses penyelesaian skripsi yang ga selesai-selesai.

Minggu lalu, gue habis liburan.
LIBURAAAAAAAAAAAAAAAAAAAANNNNN!!!!
woohoo!!
*padahal skripsinya belum selesai.

Siapa tau Pulau Pramuka?
Yap! Pulau Pramuka adalah salah satu pulau dan pusat pemerintahan di Kepulauan Seribu.
Pulau Pramuka sekarang udah maju, lho..
Disana udah banyak homestay maupun penginapan kayak cottage modelnya, cuma lebih sederhana.

Gue kesana cuma dua hari satu malam. Tapiiiii.....
SEEERRRRUUUUUU!!!

Jadi, waktu itu nyokap ditawarin promo kesana, per orang 300.000 rupiah. Akhirnya berangkatlah 26 orang kesana. gue sekeluarga berlima, dan temen-temen nyokap beserta keluarganya.

Hari pertama, gue snorkling.
Padahal ga bisa renang. hehe...

Waktu latihan di pantai, boro-boro bisa ngambang. Biar pake pelampung, tapi tetep aja gue panik. Untung mas-mas pelatihnya sabar.
Sambil ngap-ngapan setelah nyoba nafas dalam air, gue bilang gini ke masnya,
"mas.. jangan jauh-jauh dari saya ya.."
niatnya sih mau minta tolong, supaya saya ga panik waktu snorkling. Tapi makin gue pikirin sekarang, kok gue kayak ngerayu itu mas-mas, ya? -_____-

Ada dua spot menyelam yang dikunjungin. Di spot pertama, mau nyemplung ke laut aja gue udah gemeteran. Tapi akhirnya gue bisa nyemplung juga karena dibantuin sama yg ngajarin tadi. Setelah gemeteran dan megangin lengannya si mas-mas yang ngajarin, akhirnya gue beraniin snorkling sendiri. 

Daaaannnnn... ketika gue ngeliat dunia bawah laut, mata gue yang sipit ini membesar, mulut napas sambil megap-megap (bukan, gue bukan kena serangan epilepsi).
Dunia bawah laut tuh...
KEEEERREEEEEEENNNNNN BANGET!

Karangnya tuh, merah-kuning-hijau dilaut yang biru deh!
Haaah... gue pun langsung ketagihan snorkling.
Keren.

Di spot kedua, gue udah berani turun sendiri. Tapi snorklingnya masih barengan sama ade gue, si O. Berhubung gue selalu inget trauma waktu kecil yang kebawa arus, gue takut kalo sendirian tiba-tiba kepisah sama yang lain.

Spot yang ini lebih dalem lagi, ternyata. Yang pertama cuma 4 meter. Yang kedua gatau deh berapa meter. abis pas liat ke dalem, ada tempat-tempat yang ujungnya gelap, ga keliatan dasarnya. Nah, di sana ada karang yang disebut "Karang Monas". Sayangnya, di spot yang kedua pemandangannya kurang menarik dibanding yang pertama. Maklum, karang yang ini buatan manusia, termasuk si karang Monas. Jadi, ikan nya lebih sedikit dibandingkan yang pertama. Tapi tetep seneng.... :)

Ga hanyut aja udah syukur...

Hari kedua, pagi-pagi gue sama si mama kece udah jalan keliling pulau. Kami jalan menyusuri pantai. pemandangannya keren banget lho!

Ini dari penginapan

Di pulau Pramuka, ada penangkaran penyu dan budidaya Mangrove. Karena gue dan mama kece pendatang, walopun pulau itu kecil tapi kami tetep tanya-tanya jalan. Nah! waktu tanya jalan, gue ketemu anak kecil, cowok, kayaknya dia mau main sama temennya. Ini dia percakapannya:

Gue: permisi, de.. jalan ke penangkaran penyu kemana, ya?
Anak kecil: oh.. lurus, bila....bila..... (kemudian hening. semenit..dua menit...) bila... ada...rumah besar,                    belok kanan... (hening lagi)
Gue dan nyokap udah nahan tawa.
Anak kecil: jika....jika.... (hening lagi, semenit...dua menit...) jika... (hening)
Nyokap: pfftt.. (udah ga kuat nahan tawa)
Gue ikut-ikutan, tapi masih usaha buat tenang.
Anak kecil: Mmm...jika...ada gambar penyu, belok kiri.
Nyokap: udah?
Anak kecilnya manggut-manggut.
Nyokap bilang makasih, sambil sepik tentang bulu mata si ade yang lentik, padahal lucu ngeliat si ade yang grogi cuma karna ditanyain jalan doang.

Dan, Finally, setelah nanya jalan ke orang yang lebih tepat, penangkaran penyunya ketemuuu!!! 
Sayangnya, waktu itu penangkaran masih belum dibuka, jd belum bisa foto. Capek jalan berdua (padahal baru setengah pulau) kami balik lagi ke penginapan. Siangan dikit, setelah sarapan, energi udah terkumpul, gue dan mama kece ikut lagi jalan2 keliling pulau, kali ini bareng rombongan. Kami ke penangkaran lagi, dan untungnya kali ini udah buka. yyeeeaaayyy!!! langsung foto-foto bareng penyu.
Ini dia!
Ijas mau foto juga, yaa??
Berat banget itu penyu. Dan bau amis. Ga apa-apa lah, menyamarkan bau gue dan nyokap yang udah jalan-jalan padahal belom mandi pagi. hahahahaha!!

Puas sama penangkaran penyu, rombongan jalan lagi, sambil diterangin tentang kepulauan seribu sama mas Wawan, guide di pulau. Sebelum ada PLN asupan dari Jakarta lewat kabel dalam laut, Pulau Pramuka tadinya menggunakan satu-satunya pusat listrik di pulau. Karena cuma satu untuk kebutuhan satu pulau, jadi ada pemadaman waktu malam (kalo disini pemadaman waktu harga listrik mau naik). Dan, ternyata Pulau Pramuka itu masih deket banget dari Jakarta. Jadi, Kepulauan Seribu pulaunya sampai ada yang letaknya hampir mendekati Lampung. Luas bener....

Lanjut lagi, kali ini perjalanan lewat hutan bakau. Di belakang pulau, ternyata ada lagi pantai pasir putih. Ga lama kemudian, tau-tau udah nyampe aja ke kantor bupati. Itu artinya udah berhasil mengelilingi satu pulau! horeeee!!! *sujud syukur

Jam dua, kami ke dermaga, karena nunggu kapal ke Jakarta. Tapi yang namanya jam karet, ye... ogut nunggu sampe sejam, broh!!
Begitu kapal dateng, langsung dikerubungin, kayak roti sama semut. Tadinya gue udah khawatir aja, kalo bangkunya ga cukup, terus harus nunggu sejam lagi. Tapi akhirnya rombongan dari penginapan Kedaton dipanggil, dan bisa masuk kapal dengan tenang. hiyeeehhh....
(itu sekalian promosi, tuh)

Pokoknya, liburan kali ini asyik sekali loh, teman-teman! Lain kali aku ingin sekali mengnjungi Karimun Jawa! Tetap bersama Bolang, yaaa!!!
Dadaaahhhh!!!





Thursday, March 21, 2013

Quotes of the Day

“I decided not to get close to you. Because the more I try to get closer, the farther you get. So will you just stay as you are in that place right now?”
- G -

Wednesday, March 13, 2013

Skripsi dan Lagu Adera


pengalaman pahit yang ku jadikan pelajaran

dalam hidup yang tak akan terlupakan (terlupakan)
oh jangan menunda sesuatu untuk dikerjakan
jangan tunda jangan tunda

Adera -Terlambat-


Salah satu Adik saya baru-baru ini sering banget nyanyiin lagu ini kalau lagi sama saya. Bukan, bukan karena dia lagi galau. Tapi saya yang galau. Saya takut terlambat, kayak si Adera yang telat beli gitar di video clipnya.

Teman-teman saya tercinta, saya lagi bimbang. Lagi dilema. Saya bingung. Tapi ga boleh ngeluh terus ya?

Ini berkaitan dengan skripsi saya yag belom selesai juga. Coba bayangin lagu di atas. Saat ini saya sedang mengejar toga. Jadi saya ga boleh sampai terlambat mendapatkan benda paling berharga itu karena menunda skripsi saya. Banyak alasan kenapa saya menunda pekerjaan saya itu.

Apa alasannya?
Pertama, ada aja halangan ga terduga, misalnya saya gampang sakit, atau intenetnya lg jelek jadi saya ga bisa nyari2 bahan.

Tapi itu cuma alasan.
Yang bener adalah, saya malas. Gampang ga fokus, dan bosan. Dan segala dosa lain.
Jadi saya ga berhak ngeluh ya?

Tapi, disela-sela kemalasan, saya selalu dibayangin sama sidang.
katanya sidang begini..katanya sidang begitu....
Gimana kalo saya ga bisa jawab pertanyaan?
Gimana kalo saya terlalu gugup waktu presentasi nanti?
Gimana kalo saya ngelantur saat sidang nanti?

Perasaan itu yang buat saya down dan ragu, apa saya bisa menyelesaikan semuanya?
Sepertinya ingin menggulur waktu lagi untuk mempersiapkan diri.
Tapi kemudian saya sadar, seberapa lama pun saya menghindar dan mencoba untuk "memperbaiki diri", kalau kemampuan saya segitu, ya segitu aja.

Ngerti maksudnya?
Artinya, lama mengerjakan tugas tidak bisa dijadikan garansi kalau sidang nanti lancar.

Jadi saya akan memulainya sekarang. Teman saya, si Naf sudah punya misi: HARUS MENGINGATKAN SAYA UNTUK CEPAT SIDANG!

Sekarang, teman-teman.. tolong ingatkan saya, supaya saya tidak malas lagi. Semoga saya bisa mencapai target. Amin!




Thursday, March 7, 2013

Dibalik Ruang Abu-abu



Aku adalah seekor burung di pinggir jendela.
Berdiri di antara ruang kosong yang abu-abu.
Tembok kokoh yang membelenggu.
Hanya bisa menatap hingar bingar diluar sana.

Jendela ini tidak tertutup.
Dibiarkan terbuka begitu saja, agar aku bisa melihat.
Agar aku bisa mengepakkan sayapku.
Tapi fungsinya tidak aku pakai.

Aku hanya berani menatap.
Ada apa disana? Apakah dunia begitu bising?
Begitu gemerlap? Atau begitu gelap?
Kepastian dibalik ragu itu yan menyebabkanku tidak bisa terbang.

Takut. Aku takut.
Apakah sayapku berfungsi?
Apakah dunia di luar sana indah?
Apakah aku bisa memperoleh kesempatan itu?

Takut. Sangat Takut.



Thursday, February 7, 2013

Something Unexpected





Nyang bobo, ya... :3

Halo, my mind reader!

Sebenernya, tangan ini udah gatel pengen nge-blog dari kemaren. Tapi berhubung saya sibuk sama segala macem hal kayak skripsi dan mubes HI, jadi dipending dulu.

By the way...
Setelah satu periode saya jadi sekretaris khusus umum si boss Abdul, akhirnya saya...
LENGSEEEEEERRRRR!!!!
WOOHOOOOOO!!!!!!

Kembali ke laptop. 
Hari ini, setelah membatalkan niat untuk ke kampus karena kepala cenat-cenut, saya berencana untuk leha-leha di rumah. Selain menggambar (gambarnya dipostingan selanjutnya :)), saya menghabiskan waktu sama si Nyang, kucing kampung doyan kawin itu. Tapi, emang dasar si Nyang adalah seekor kucing yan malasnya amit-amit, boro-boro main, saya malah ditingal tidur. Kacrut... jd kucing aja songong.

Karena ga ada kerjaan, saya iseng-iseng mengambil foto si Nyang yg lagi tidur. Kayaknya emang lg ngantuk banget doi. Soalnya, dia emang lagi tidur waktu saya panggil buat makan. Jangan harap dapet Whiskas, yang saya kasih adalah tulang ayam bekas saya makan. Tapi abis juga tuh!

Waktu saya foto, awalnya pose tidurnya normal, layaknya kucing biasa (emang ada kucing luar biasa?). tapi lama-lama, kenapa jadi kaya kucing biasa yang mati keracunan?
Berikut foto-fotonya:

Perhatikan perubahannya.

Dari pertama udah aneh ya??


Nyang bobo, ya... :3



Mulai celentang

Pura-pura mati??

ALOHA, Nyang! ;3







Wednesday, January 23, 2013

I Don't Need a Man




...
Boy don’t say

“I’ll take care of you, I’ll cherish you” no no
Boy don’t play
If you’re not gonna come with a serious mind

...
I can live well without a man
So if you’re not confident, don’t come to me
I don’t sell myself easily because
I don’t need a man I don’t need a man (What?)
I don’t need a man I don’t need a man (Really?)
I don’t need a man I don’t need a man (For real?)
I don’t need a man I don’t need a man
I can live well without a man
...



Monday, January 21, 2013

Walau Banjir Menghadang... (2)


Di perjalanan, tukang ojek yang mengantar saya memutuskan untuk lewat jalan tol, karena banyak daerah yang tergenang banjir (baru kali ini saya naik motor lewat tol). Ketika di perjalanan, asaya sedikit lega karena termasuk lancar dan si Naf juga mengirim pesan bahwa saya bisa ikut ujian susulan dengan ketentuan berlaku (macam pulsa). Yang penting saya bisa ujian. Yeeaaaayyyyy! Di papan hijau penunjuk arah jalan tol, terdapat tulisan yang menunjukkan pintu keluar menuju ke daerah elit itu. Ternyata eh ternyata, pemandangan yang saya lihat begitu turun toll adalah.. keadaan kacau dimana mobil dan kendaraan lainnya berhenti ditempat! Saya tidak bisa kemana-mana lagi karena jalan memutar yang harus diambil tergenang banjir. Tukang ojek yang mengantar saya juga bilang tidak sanggup melewati banjir, karena tingginya lebih dari knalpot motor dan bisa berakibat mogok di jalan. Saya sebenarnya sedih saat itu (bukan, bukan karena saya suka sama abang ojeknya) karena saya kembali harus jalan kaki.

Saya kembali berjalan kaki menuju “Mallnya Indonesia”. Di depan mall, saya yang sudah kelelahan menelpon rumah dan ternyata bisa dengan pulsa yang sudah amat minim, yaitu 3000 rupiah (biasanya provider bilang pulsa saya tidak mencukupi untuk melakukan panggilan). Saya minta agar saya dijemput disana. Tidak peduli dengan orang yang berlalu lalang, saya duduk begitu saja di trotoar mall, dengan keadaan telapak kaki hingga betis yang basa karena banjir, menenteng sepatu jebol dan payung rusak serta tas yang dibungkus plastik. Saya tinggal membawa korek api lalu bersikap seperti anak perempuan di dongeng “Gadis Penjual Korek Api”, menyalakannya dan berharap makanan enak keluar dari asapnya (kemudian mati terkapar).

Setelah setengah jam berlalu, saya memutuskan untuk menelepon adik saya yang menjemut saya. Lagi-lagi keajaiban muncul karena saya masih bisa menggunakan pulsa yang sudah sekarat itu.
“Halo.. dimana?”
“Mbak Yona, aku masih jauh nih, baru di depan mall (yang berseri 1 sampai 5. Ga tau deh, nomer 2 sampai 4nya yang mana). Kayaknya ga bisa keana deh.. lo jalan aja same masjid deket sini, gue tungguin.”
“WHAAAAATTTTTT???????” lalu megap-megap.

“Sungguh....aku tak sanggup... aku tak bisa... aku tak mampu, dan aku tertatih....” terdengar Sammy Simorangkir bernyanyi dikejauhan sana.

Kenapa setelah setengah jam ade gue baru ngabarin? Kenapa? Kenapa? Kenapaaaa??? (kalo di komik, biasanya tokohnya kayak jatuh dari jurang terus menghilan di kegelapan)

Akhirnya, karena dibenak saya terlintas iklan susu yang katanya jalan 10km sehari itu sehat, saya kembali berjalan kaki lagi. Dan kali ini jaraknya lebih jauh. Hiks T_T. Masih dengan “Nyeker Man!” tiruan merk sepatu terkenal itu (bedanya saya ga pake sepatu kulit, melainkan kulit asli saya), saya berjalan di trotoar dibawah jalan tol yang cuma sedikit terkena banjir. Di tengah perjalanan, ada bapak-bapak yang menanyakan apakah sepanjang jalan benaran banjir kepada bapak yang lainnya. Yah... kalau itu masih bisa disebut dengan “pertanyaan”. Pasalnya, si bapak-bapak itu bertanya tapi dengan nada suara yang tinggi dn tidak sabaran. Ia menggunakan logat daerah khas Sumatera Utara, rambut yang agak gondrong, serta jari-jari yang dipenuhi cincin. Tau siapa? Dialah pengacara ulung, Hotman Paris Hutapea. Kantor pengacara itu berada di daerah elit tersebut. Moga-mogahan kapok mendirikan kantor disana.
“Biasa aja om, nanyanya!!” tadinya saya pingin teriak seperti itu, tapi kondisi saya yang sudah lelah mengurungkan niat saya. Lagipula saya takut ditimpuk cincin.

Setibanya di depan mall yang ada unta warna-warni, jalan terlihat sepi. Tidak jauh dari sana, di dekat jembatan ada dua buah tenda Bulan Sabit Merah bertengger dengan manis, menunggu korban banjir yang datang. Sesaat saya tersenyum, karena merasa tidak lagi di Jakarta, tapi di daerah-daerah konflik di Timur Tengah sana. Namun, walaupun ada tenda Bulan Sabit Merah, saya tidak berminat sama sekali. Saat ini saya sangat terobsesi dengan yang namanya WC! Yap, Water Closet! Alias jamban, kalo sodara-sodara belum mengerti. Mengapa oh mengapa? Karena dari jam delapan pagi saya menahan untuk buang air kecil. Ini adalah salah satu penderitaan tiada akhir yang harus saya alami. Kaki yang harus terendam di jalanan penuh dengan air bah, serta udara dingin mengakibatkan saya makin tidak tahan untuk segera menuju WC. Saya tidak bisa masuk ke dalam mall karena keadaan saya yang lebih mirip tunawisma daripada anak kuliahan bisa menyebabkan saya kena usir satpam (kalau di Tom and Jerry, ada adegan si Tom yang diangkat terus ditendang pantatnya sampe melayang dan mendarat di tong sampah).

Akhirnya, sesosok bangunan terlihat sangat bersinar dimata saya. Saat keadaan seperti itu, emas yang disimpan di peti harta karun kilaunya jauh sekali dibaandingkan WC pom bensin. Uuyeeee....!! Dengan jalan yang diseret dan miring-ming tanda sudah tidak tahan menahan pipis, saya berusaha sekuat tenaga untuk menggapai pom bensin tersebut. Perasaan lega dan cara jalan yang kembali normal kembali dirasakan setelah segala urusan kamar mandi telah selesai (well.. this is quite embarassing.. *blushing).

Tidak jauh dari pom bensin, saya berhenti di sebuah klinik kecantikan ketika sebuah telepon masuk diterima. Suara dari ujung sana langsung terdengar.
Nduk, udah pipisnya?” ternyata yang menelpon adalah Ibu saya. *Nduk adalah istilah Jawa untuk panggilan kepada anak perempuan.

Dengan sedikit malu saya menjawab sudah. Tadi, ketika saya sedang berjuang sampai ke pom bensin, Ibu saya telepon, dan saya tidak sengaja membentaknya kerana stress yang sudah akut. Ternyata ibu saya menelpon karena katanya ingin menjemput saya dan saya disuruh untuk menunggu di tempat saya sekarang. Dan, lagi-lagi setelah beberapa menit berlalu, Ayah saya menelpon bahwa beliau baru menyuruh tukang ojek dekat rumah saya ntuk menjemput. Ya Tuhan...

Lima menit...saya berpikir baha mungkin tukang ojek itu masih berada di dekat rmah, karena macet dimana-mana. Sepuluh menit...mungkin di pertengahan jalan... lma belas manit... tiga puluh menit... belum ada kabar. Hingga saya mengantuk dan tertidur dalam posisi duduk. Saya sendiri heran dengan mekanisme tubuh saya yang sempat-sempatnya mengantuk disaat-saat seperti ini. Disaat stress dan lapar luar biasa saya masih bisa tidur. Di pinggir jalan pula! Hingga satu jam kemudian Ayah saya menelepon dimana keberadaan saya, saya mengatakan tukang ojeknya belum dayang dan saya memutuskan untuk BERJALAN KAKI LAGI.

Kalau tadi di jalan raya utama saya masih bisa berjalan di trotoar yang sedikit terkena banjir, kali ini sayang ekali saya harus langsung menceburkan diri ke tengah banjir. Waktu itu, keadaannya dipersulit karena saya membawa Romeo, alias laptop saya. Jadi, tangan kiri memegang sepatu jebol dan payung rusak, dan tangan kanan mengangkat tas selempang saya yang lumayan berat karena ada laptop di dalamnya.

Tadinya banjir hanya sebatas pergelangan kaki. Kemudian sampai betis. Makin jauh, makin dalam, yaitu sebatas lutut. Saya terus berjalan hingga akhirnya air menggenang hingga paha saya. Semakin saya berjalan, tidak hanya tangan yang merasa peal, tapi kaki saya juga. Pangkal paha saya terasa sakit, karena harus menempuh perjalanan dengan berjalan dibawah air. Saya masih sanggup bila dalam keadaan biasa, tapi berjalan dengan tekanan air? Rasanya pengen pingsan saat itu juga. Disetiap jalan yang dekat dengan daratan yang lebih tinggi yang tidak terkena banjir, saya mempercepat langkah, walaupun dengan kaki yang sakit dan nafas yang tersengal-sengal.

Ditengah-tengah jalanan banjir itu, Cuma rumah yang menjadi motivasi saya, supaya tidak menyerah, kehilangan kesadaran terus mengambang di atas banjir. Bayangan akan lezatnya masakan yang dimasak Ibusaya, serta kasur empuk yang akan menyambut saya setibanya di rumah membuat saya berusaha mengumpulkan sisa-sisa tenaga. Ibarat laptop, saya ini adalah laptop yang dipaksa dinyalakan padahal baterainya sudah 7% dan sudah dihibernate sebelumnya.

Akhirnyaa saya sampai di masjid sebelah mall beruntun itu. Banyak kendaraan disana. Baik kendaraan yang tidak bisa melanjutkan perjalanan karena banjir, maupun kendaraan orang-orang ang menjemput kerabatnya. Karena adik saya sudah pulang karena tadi orang tua saya memutuskan untuk menjemput saya yang ternyata adalah tukang ojek yang ga dateng-dateng, lagi-laagi saya harus menerima kenyataan bahwa saya harus berjuang lagi. Pesan singkat yang saya dapat dari Ibu saya, sebaiknya saya naik perahu karet dari situ untuk menyebrangi banjir, lalu naik ojek sampai rumah.

“Perahu karet ku kan me..laju....” sayup-sayup terdengar suara minta tolong dari Maudy Ayunda.

Tapi dimana ada perahu karet? Yang ada adalah gerobak sampah yang dialih fungsikan untuk mengangkut orang-orang yang ingin menyebrang. Jadi lagunya diganti, “Gerobak sampah ku kan me...laju...” (maaf ya, Maudy..).

Dari pada saya naik gerobak sampah hanya untuk menyebrangi banjir, saya lebih memilih untuk naik ojek yang ternyata ada! Alhamdulillah... yah.. walaupun saya berasa ditodong sama harganya yang tia kali lipat harga biasa. Bayangin, gak sampai 1 km aja harganya LIMA BELAS RIBU! Amit-amit ya? Bener-bener cari rezeki disaat orang lain lagi kesusahan.

Dan akhirnya, saya sampai di depan rumah. Melihat bangunan ini, meningkatkan nilai “rumah” menjadi berkali-kali lipat di mata saya. Turun dari ojek dengan sedikit ling-lung, saya memasuki halaman rumah sambil tersenyum. Setelah main-main sama kucing sebenter (masih sempet aje -__-), saya masuk kerumah dengan sedikit cengengesan dicampur perasaan haru.
“Akhirnya aku sampe...hehehe...”

Ibu saya menyambut dengan hangat, dan kelihatan sangat senang anaknya bisa pulang dengan selamat. Setelah mandi dan makan tahu gejrot (yang kebetulan lagi nangkring di depan rumah), saya akhirnya bisa beristirahat, tidur dengan nyenyak. Berusaha melupakan betapa lelahnya perjalanan tadi yang bahkan saya tidak berhasil menyentuh lantai kampus. Waktu keberangkatan jam tujuh pagi, hingga kepulangan saya jam tiga sore dibayar dengan hibernasi seharian penuh, yang ketika terbagun keesokan harinya ternyata udah jam dua siang. Tidur apa mati suri? Hehehehee...

Sekian cerita saya kali ini. Kejadian tersebut masih saya syukuri. Kenapa? Karena ada banyak orang yang menginap di jalan karena banjir. Karena walau banjir menghadang, kayak yang Doni Ada Band bilang, saya akan terus maju untuk pulang (selain ga tau mau nginep dimana). Saya tidak takut banjir, karena nenek moyangku seorang pelaut.

Itu ceritaku... apa ceritamu??
*seruput mie instan




Walau Banjir Menghadang... (1)


“Jakarta, kebanjiran. Di Bogor, angin ribut..”
  
  Penggalan dari lagu karangan Benyamin S. Ini rasanya cocok buat cerita saya kali ini.  Hari Kamis, 17 Januari 2013 terlihat air setinggi lutut orang dewasa hinga bisa menenggelamkan rumah beserta isinya. Jakarta tenggelam. Well, ngga semuanya sih...tapi sebagian besar memang terendam banjir. Termasuk daerah elit dekat tempat tinggal saya. Catet ya, daerah elit kebanjiran.

  Daerah ini terletak di Jakarta Utara, mempunyai tia mall besar, dan bejibun restoran dan tempat makan lainnya. Tau dong, dimana.. saya ga bermaksud untuk ngejelekin, lho... Cuma pengen kritik sebagai warga komplek veteran yang ternyata lebih nyaman dibandingkan kemewahan daerah tersebut. Saya merasa daerah elit tersebut HARUS diperbaiki karena saya dan ribuan warga lain pasti susah untuk mengambil akses ke luar.
   
   Masuk ke cerita. Jadi, hari kamis itu saya ada Ujian Akhir Semester. Ujian itu dimulai pada pukul 11:00 WIB, tetapi karena saya ingin belajar terlebih dahulu (ini namanya “Sistem Kebut Sesaat sebelum ujian”), saya memutuskan untuk berangkat lebih pagi, yaitu jam 07:00 WIB. Hari itu hujan lebat. Dari kaca mobil, (saya berangkat dengan Ibu saya) sudah terlihat sebentar lagi sunai kecil buatan yang ada di sepanjang jalan daerah elit tersebut sudah hampir penuh, pertanda akan terjadi banjir. Dan, benar saja, sodara-sodara. Ternyata, mendekati jalan raya utama, yaitu jalan Yos Sudarso, air memang sudah meluap dan menyebabkan genangan air serta kemacetan, tapi saya masih bisa mencapai jalan raya utama dalam waktu setengah jam, yang berarti masih tepat waktu (biasanya Cuma menghabiskan waktu 15 menit untuk sampai sana).

   Setelah sampai di halte, saya menunggu bis PPD jurusan Cililitan untuk berhenti di halte dekat salah satu kampus kemudian melanjutkan perjalanan dengan menaiki bis lagi untutk mencapai kampus saya. Hari itu, saya mengurungkan diri untuk naik Transjakarta karena pasti penuh dah akan terlambat waktu kedatangannya ( walaupun setiap hari juga telat dan ga bisa napas nantinya -___- ). Biasanya, estimasi waktu dari rumah saya ke kampus adalah satu setengah jam. Agak lama memang, berhubung rumah saya di utara, dan kampus nan jauh dimato itu ada di Jakarta Selatan. Itu tuh.. kampus gaul deket Pancoran yang katanya sarang artis... :p
   
   Karena saya kurang tidur pada malam harinya, tanpa sadar saya tertidur di bus. Bangun-bangun, ternyata masih di daerah Cawang-Halim, dekat Kalimalang. Dan, tebak sudah jam berapa? Jam SEPULUH, sodara-sodara!!! Saya kalang kabut. Jam berapa ini? Dimana aku? Gimana ujianku? Apakah aku cantik? Begitulah...
  
  Ternyata bus yang saya tumpangi juga memutuskan untuk putar balik karena kemacetan yang parah. Kondektur bus itu sempat teriak kepada supir, “gak bisa jalan!” katanya. Hah? Ga bisa jalan? Segitu macetnyakah sampai harus putar balik?
   
   Karena ada kemungkinan telat, saya memutuskan untuk turun dari bus dan jalan kaki ke pangkalan ojek. Walaupun tempat saya turun dan pangkalan ojek agak jauh, tapi demi ujian, apa sih yang nggak? Saya menelusuri jalan dengan payung yang ternyata hampir rusak, karena salah satu besinya bengkok. Hahh...
   
   Setelah keluar dari bus dan jalan kaki dan harus “nyelip-nyelip” diantara banyaknya kendaraan dan orang yang berlalu lalang, langkah saya terhenti. Di hadapan saya, ada sebuah terowongan dengan air yang menggenang hingga pinggang orang dewasa. Tuhan.. apa coba ini? Mencoba untuk tetap menghadiri ujian hari itu, saya mengirim sms ke teman saya si Naf yang rumahnya berada di Bekasi yang harusnya melewati jalur itu juga. Jawabannya ternyata sama. Kejebak macet dan masih di daerah cawang. Tapi bedanya adalah, si Naf lebih beruntung karena menemukan tukang ojek sehingga sudah berada di perjalanan menuju kampus. Sementara saya tidak.
   
   Kemudian, saya memutuskan untuk menyebrang jalan, yaitu jalan untuk putar balik dengan harapan jalan diseberang tidak terkena banjir karena tidak melewati terowongan dan syukur-syukur ada tukang ojek. Sambil terus berjalan, saya menelop teman-teman saya yang berada di kampus. Tapi semuanya tidak bisa dihubungi, termasuk sahabat saya, si Jange. KEMANA ORANG-ORANG DISAAT BEGINI???? Jalanan banjir, tidak adanya kendaraan, hujan deras, dan kemacetan dimana-mana membuat saya emosi. Tidak hanya jalanan yang acau, tapi sinyal handphone yang jelek juga tambah membuat saya emosi apalagi pulsa saya Cuma tinggal tiga ribu rupiah.
   
   Ternyata diseberang juga sama. Banjir. Ga bisa lewat. Dari arah seberang lampu merah, banyak kendaraan yang terhenti karena banjir. Semuanya terhenti di tempat. Transjakarta mengosongkan busnya dan berhenti di tempat itu juga, menjadi bus kosong tanpa penumpang karena supirnya pun mematikan mesin dan keluar dari sana. Dalam hati, saya bersyukur tidak naik Transjak. Handphone saya sesekali berdering, karena ibu saya yang terus menanyakan lokasi dan kabar saya. Dan tap kali ibu saya panik, saya seperti berada di situasi yang benar-benar genting, daerah konflik misalnya, dan menambah kepanikan saya. Setelah beberapa kali menelepon, akhirnya beliau meminta saya pulang, dan mengikuti ujian susulan saja.
   
   Tadinya saya ga mau. Saya masih bersikeras harus mengikuti ujian, walaupun sudah jam setengah sebelas lewat saat itu. Tetapi, tukang ojek harapan saya satu-satunya untuk ke kampus tidak ada. Jadi saya memutuskan utuk pulang dan menelepon teman saya, si RS untuk mengabarkan saya ikut ujian susulan. Untungnya, sambungan telepon berhasil, dan saya akhirnya ikut susulan. Setelah menutup telepon, muncul masalah baru. Bagaimana saya pulang?
   
   Saya menunggu ada bus jurusan ke rumah saya yang putar balik, tepi sepertinya tidak ada lagi kendaraan yang beroperasi karena lebih dari lima belas menit kemudian keadaan juga maih tetap sama. Lagi-lagi saya akhirnya berjalan kaki. Jam sudah menunjukkan pukul sebelas lewat lima belas menit ketika akhirnya saya memutuskan untuk ulang dan menunggu. Sekitar pukul setengah dua belas lewat, saya berada di dekat jembatan Jatinegara. Ketika itu, sepatu saya sudah rusak terendam banjir, sehingga saya berjalan kaki tanpa alas kaki. Dan ternyata batu-batu di bawah jalan tol lebih sakit daripada batu untuk refleksi :’(
  
   Dan dikala itu, ada seorang bapak berkata kepada saya, “ojek, neng?” mungkin kedengarannya berlebihan, tapi suara baak itu seperti bergema dan dibelakangnya ada layar putih dengan burung merpati yang beterbangan. Dengan senyuman dan mata yang berbinar, saya langsung mengiyakan. Awalnya, saya mmasih berniat untuk ke kampus, tapi melihat jam yang ternyata mau menuju jam dua belas, saya berpikir bahwa tidak akan ada waktu lagi untuk kesana, karena kemacetan dan banjir dimana-mana pasti akan memakan waktu lebih lama dari biasanya.
   
   Senyuman karena bertemu tukang ojek tidak berlangsung lama. Kenapa? Karena untuk naik oek dari Jatinegara hingga ke daerah elit itu memakan biaya hingga 50 ribu rupiah! Huh! Perampokan! Manfaatin suasana banget sih itu orang! Dengan muka yang sudah putus asa ( tapi tetep cantik ), saya menawar hingga 30ribu rupiah, harga yang menurut saya pantas untuk jarak sekian ( entah pantas atau saya memang pelit karena keadaan banjir dimana-mana, hehe ). Dan, saya tidak tau karena muka terlihat kurang duit atau muka saya terlihat putus asa, atau mungkin terpesona melihat kecantikan saya, tukang ojek tersebut mau mengantarkan saya.


   Bagaimanakah kisah selanjutnya? Apakah tukang ojek tersebut berhasil membawa saya pulang? Apakah Baim Wong akan tetap menjomblo? 

   Penasaran? Kita nantikan postingan selanjutnya tetap di blog yang sama, tetap di Dunia Kaleng Berjalan... yaaaaa'eeeee!!!!!




Tuesday, January 8, 2013

Something in Mind



Abstrak.
Kaya skripsi saya. -___-

Silahkan dideskripsikan sendiri... : )