Tuesday, June 19, 2012

Orang itu adalah Kakak Saya (2)

Beberapa waktu lalu ketemu si kakak.

Apa kabar dia?
Tidak begitu baik. Sangat tidak baik.
Mata yang menghitam, dan ketika ia tersenyum, ada darah yang terus mengalir dalam mulutnya.
Ia tidak suka dengan tatapan iba orang lain. Maka, pertanyaan untuk Tuhan "Kenapa jadi seperti ini, Tuhan?" harus aku ucapkan dalam hati saja. 
Ya, yang dia butuhkan bukan ungkapan iba dari seseorang, melainkan senyum orang lain yang bertemu dengannya dengan perasaan senang, bukan yang merasa sedih dan penuh tatapan kasihan.
Jadi, dengan keadaannya yang seperti itu, aku bilang begini, 
"Itu apa mas?"
"Ini? darah."
"Oh.. kirain sisa sirop, hehehe..."
Dia tertawa, "Dasar kamu nih!"

Maka saat dengannya, aku menjadi orang yang dua kali lipat lebih ceria. Dua kali lebih banyak bicara dibandingkan aku sehari-hari. Lebih banyak melucu, dan lebih banyak bercerita dibandingkan dengan kebiasaanku yang lebih suka mendengar.

Dan dia masih tetap kakakku. Lucu tapi tetap bijak. Dia tertawa, walaupun dengan suara yang tidak bisa seperti dulu lagi. Dia masih bisa bercerita, dan memberikan nasihat disela-sela obrolan santai kami.

Ketika tiba saatnya aku memberikan salam, ia memelukku. Ada perasaan takut, seperti saat memegang kotak yang bergambar "Hati-hati barang pecah belah." karena tubuh tinggi besar itu tidak seperti dulu lagi.
Dia masih berdoa untukku. Katanya, "Aduh..adikku! Aku sayang banget sama kamu. Cepet lulus, ya.. Aku kepingin liat kamu wisuda. Jangan lupa pacaran, buat penyemangat!"
Hehehehe...

Kalimat yang kedengarannya sederhana, tapi ada harapan disana. Dia ingin melihatku sukses. Dia ingin melihatku. Semoga masih banyak waktu, ya mas!

Dan aku? Aku yang harusnya berdoa untuknya, tidak bisa berkata apa-apa. Aku terlalu bingung memikirkan doa untuknya. Sebab "Berikanlah ia yang terbaik" adalah kalimat ambigu. Apa yang terbaik untuknya? Agar ia "terlepas" dari keadaannya? Tidak. Rasanya aku masih ingin dia disini. Agar diberikan kesembuhan? Bukannya pesimis, tapi terlalu berharap jika melihat dari "perkembangannya". Keajaiban. Cuma pengharapan tentang keajaiban yang ada di kepalaku. Juga di kepala orang-orang yang menyayanginya.

Jadi, orang itu adalah kakakku. Si Family man. Dengan pendamping hidup yang cantik, dan anak-anak yang pintar. Sangat peduli dan mencintai keluarganya. Dan sangat dicintai keluarganya.
Orang itu adalah kakakku. Tetap lucu, tetap tertawa, dan menolak segala kata "kasihan".
Orang itu adalah kakakku. Yang bijaksana dan dewasa.
Orang itu adalah kakakku. Yang aku sayangi.

Terimakasih, karena tetap peduli dari dulu sampai sekarang.
:)

I LOVE YOU, mas!!
*hug





No comments:

Post a Comment