Friday, May 4, 2012

Evaluasi Diri

*Backsound: Journey, Angela Chang


Aku menatap bangunan itu. Berwarna Krem, dengan suara gemericik air yang ditimbulkan oleh ikan-ikan di dalam kolam. Bangunan itu adalah rumahku. Sebuah tujuan akhir dari sebuah perjalanan.

Perjalanan. Banyak sekali yang aku lakukan saat di perjalanan. Sebuah perjalanan, baik dekat maupun jauh sangat berarti. Karena di perjalanan, aku bisa melihat dan peduli dengan sekitar, dan, di perjalanan pula aku bisa berfikir. Bahkan terkadang sebuah perjalanan menjadi lebih berarti dibandingkan dengan apa yaang menjadi tujuan.

Sudah lama sekali sejak terakhir aku berjalan kaki dengan jarak yang jauh. Berfikir, dan mengevaluasi diri dengan apa yang telah terjadi, atau sedang terjadi. Memikirkan pula sebuah masa depan yang masih abu-abu.

Jadi hari ini aku kembali melakukan aktivitas itu. perjalanan sejauh tiga km menurutku bisa jadi sesuatu yang menyenangkan. sendirian, dengan sebotol minuman yang katanya dapat menyegarkan fikiran. Pertama, aku memandang jalanan yang ramai dengan kendaraan, dan memantabkan hati, "ayo yona, mari kita berfikir sekarang." Kemudian, aku mulai menelusuri jalan, dan berfikir. Semuanya. Semuanya.

Aku memikirkan masa lalu. Mengingat masa lalu bukanlah sesuatu yang mudah. Karena banyaknya kenangan yang kembali teringat, yang sakit bila teringat, tapi belum bisa dilupakan. Banyak sekali. Ada pula kenangan yang ingin sekali rasanya kembali. Dan memperbaiki semuanya. 

Setahun. Apa yang telah terjadi selama setahun? Banyak. Aku mengenal banyak orang, mulai mengenal teman. Hal yang selalu istimewa bagiku, bagi aku yang tak terbiasa berteman. Iya kan, teman?
Ah, ingin kembali ke masa itu, memperbaiki semuanya, atau menghindari hal yang sudah tau akan membuatku merasa tidak nyaman. Apa? Tidak bisakah Tuhan? Baik, aku hanya dapat belajar dari masa lalu, dan mencoba melupakan apa yang harus dilupakan.

Pikiranku beranjak ke masa sekarang. Sekarang? Apa yang aku lakukan sekarang? Saat itu aku hanya bisa tertawa, dan menggelengkan kepala. Aku kacau. Amat kacau. Baik otak dan hatiku sedang menggalau. Karena apa? Banyak! Akan sangat membosankan membahas ini, karena itu, mari kita abaikan.

Akh! Aku benci memikirkan apa yang sedang terjadi. Karena aku tidak tahu menahu. Tentang aku, tentang hidupku, tentang yang belakangan ini disekitarku, tentang semuanya. Maka, ketika aku memikirkan hal ini, hati yang selama ini selalu menyombongkan diri itu kali ini menyerah. Mata yang selama ini angkuh, kali ini menyerah. Otak yang selama ini dingin, kini menyerah. 

Pada tahap ini aku menganalisa, dan mengerti. Semua salah, semua prasangka, semua pikiran, dan semua rasa, kepadaNya aku berdoa. Aku "terjatuh" dan akhirnya tidak bisa melakukan apa-apa selain menangis. tidak, tak ada satu orangpun melihatku menangis. Karena aku "tidak terlihat". Tidak terlihat. Kata itu juga selalu dalam pernyataan sepanjang jalan. Tidak terlihat.

Yah, aku terlalu banyak memikirkan kekinian. Aku ingin berjalan, tanpa harus menunggu. Aku berfikir tentang masa depan. Apa yang akan terjadi nanti? Aku bertanya pada otak, "Hei otak, apa yang akan kamu lakukan dimasa depan? mau jadi apa kamu?" ternyata aku sendiri tidak tahu. Apa? Apa yang bisa aku lakukan bila aku seperti ini? Aku yang salah menentukan, dan aku yang tidak bisa melarikan diri.

Kemudian, aku bertanya pada hati, "Hei hati, apa yang akan kamu lakukan? Kamu sudah tau segalanya, kamu tidak terlihat, dan kamu harus pergi." tanyaku. "Ya, aku telah tau, aku tidak terlihat, dan aku akan pergi. Tenang, kamu tidak usah khawatir, yona.." jawabnya, sambil tersenyum, dan mengusap tangis.

Setelah itu, dikepalaku terlintas lagu-lagu yang sesuai, yang dapat dijadikan sebuah soundtrack perjalanan. Perjalanan hidup selama setahun ini. Tiga lagu cukup. Lagunya apa? ra-ha-si-a! :)
Yang jelas, lagu-lagu tersebut memiliki tempo yang lambat.

Lima belas menit lagi, sebelum target 60 menit. Target waktu untuk menghabiskan pikiran dalam perjalanan ini. Akankah berhasil?
Dlam sisa waktu ini, aku terus bernyanyi, sambil memutar ulang sebuah rekaman hidup. Masa lalu, kini dan kemungkinan dimasa depan. Terus berputar. Terus berputar. Tentang keseriusan, maupun lelucon hidup. Ya, bahkan sebuah lelucon masih bisa aku pikirkan. Bodoh.

Dan, aku menatap bangunan itu. Berwarna Krem, dengan suara gemericik air yang ditimbulkan oleh ikan-ikan di dalam kolam. Bangunan itu adalah rumahku. Sebuah tujuan akhir dari sebuah perjalanan. Kini aku telah sampai. Target waktuku tercapai. Tepat 60 menit! Aku tersenyum.

Saat melihat bangunan itu, sebuah rumah yang beberapa tahun ini aku tempati, lagi-lagi aku memikirkan semuanya. Untuk yang terakhir kali. Haahhhh.... lelah sekali. Bukan, bukan kaki ini yang lelah, tapi perasaan yang bergemuruh ini, yang selama ini tidak bisa dikeluarkan, telah mencair, bersama peluh, dan air bening dari kedua mata. Aku tahu, berakhirnya perjalanan ini bukan berarti semua sedih tidak akan datang kembali. Mereka pasti akan datang berkunjung, dan mungkin aku akan melakukan hal ini lagi. Tapi tak apa, selama berjalan itu menyenangkan, maka akan aku lakukan!

Maka, ketika aku membuka pintu rumah yang hangat itu, aku tersenyum puas. aku berjalan ke kamarku, dan menghempaskan tubuhku yang lelah ke tempat tidur, bagian rumah yang memjadi favoritku. memejamkan mata, tertawa sebentar. Menertawai semua kebodohan yang telah aku lakukan. Kemudian bernyanyi soundtrack perjalanan dengan hati yang hampa, yang nantinya akan diisi dengan hal yang baru dan tentu saja hal-hal yang menyenangkan!!!







No comments:

Post a Comment